IKUTILAH AJANG POTENSI PELAJAR ISLAM. Minggu, 24 Juli 2011 di Kampus Iprija
Ikutilah Lomba Pidato Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Marawis/Nasyid, MTQ di Ajang Potensi Pelajar Islam (APPI). Minggu, 24 Juli 2011 di Kampus IPRIJA

Sabtu, 15 Agustus 2009

Pemuda Peradaban

Merupakan realitas yang tak terbantahkan bahwa kaum muda senantiasa memainkan peran signifikan dalam setiap simpangan sejarah kebangkitan peradaban. Demikian pula sejarah kebangkitan Islam generasi awal menceritakan kepahlawanan kaum muda seperti apresiasi Sang Rasul dalam sabdanya:
“Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijak ini, maka kaum muda-lah yang pertama-tama menyambut dakwahku, sedang kaum tua menentangku.” (Hadits)

Fakta sejarah bercerita bahwa para sahabat kader inti Sang Rasul masuk islam dan menjadi pejuang sejak belia, misalkan Ali bin Abi Thalib sejak usia 8 tahun, Zubair bin Awwam sejak usia 8 tahun, Arqam bin Abi Arqam berusia 16 tahun, Ja’far bin Abi Thalib sejak usia 8 tahun, Shuhaib Ar Rumy sejak usia 19 tahun, Zaid bin Haritsah sejak 20 tahun, Sa’ad bin Abi Waqqash sejak usia 17 tahun, Utsman bin Affan sejak usia 17 tahun, Umar bin Khattab sejak usia 27 tahun, dan Usamah bin Zaid diangkat sebagai panglima perang kaum muslimin dalam usia 18 tahun.

Mereka adalah kaum muda belia yang kedewasaannya jauh meninggalkan umurnya dan pemikirannya jauh meninggalkan zamannya. Maka para pemuda kaum penggembala kambing itu tiba-tiba muncul menggoncang dunia dan memimpin peradaban. Merekalah generasi Al Qur’an yang unik dan layak disebut pemuda peradaban!!!

Demikian pula di negeri indah bernama Indonesia. Berbagai simpangan sejarah negeri ini menempatkan pemuda dalam posisi terhormat sebagai pahlawan. Mereka berperan besar dalam peristiwa berdirinya SDI (Syarikat Dagang Islam) tahun 1905, Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi NKRI 1945, Tritura 1965, perjuangan reformasi 1998, dsb.

Di tengah krisis multidimensi yang tak henti menghantam negeri ini, harapan kebangkitan pemuda kembali bergelora. Saatnya kaum muda tampil menunaikan tanggung jawab kesejarahan untuk menjadi pahlawan zaman ini, menghantar Indonesia menjadi guru peradaban (ustadziyyatul ‘alam).

Seandainya ada yang bertanya, “Siapakah pemuda peradaban itu?”

Jangan ragu untuk menjawab, “Insya Allah, Pemuda peradaban itu adalah kita!!!”

Ya, kita: Saya dan Anda!!!

Tidak ada komentar:

Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.” (‘Amir bin ‘Abdi Qais)